Minggu, 22 Juni 2008

Mencari Wajah Alloh

Amalan Andalan: Mencari Wajah Alloh
==============================

Ya Allah, hamba seorang penggembala, mempunyai orang tua, isteri, dan anak-anak. Setiap hari hamba memerah susu, lalu memberikannya kepada orang tua hamba dulu, baru kepada yang lainnya.

“Suatu hari hamba mencari kayu bakar ke tempat yang jauh. Sekembalinya, seperti biasanya hamba tetap memerah susu. Karena kemalaman, ketika hamba menghaturkannya, kedua orang tua hamba sudah tertidur” seorang lelaki yang terperangkap didalam gua yang lubangnya tertutup oleh sebongkah batu besar, laporan kepada Alloh.
Walaupun anak-anak hamba yang masih kecil-kecil menangis semalaman karena kelaparan, hamba tidak memberikan susu itu kepada mereka sampai pagi hari ketika orang tua hamba bangun. Setelah kedua orang tua hamba meminumnya, barulah hamba berikan susu itu kepada anak-anak hamba.

Kisah luar-biasa, yang hanya laki-laki yang prima dalam hal birrul waalidaini ~ hormat kepada orang-tua yang bisa melakukan Amdal (Amalan Andalan) seperti itu. Sekarang simak kisah berikut, yang dilaporkan kepada Alloh oleh laki-laki kedua:

“Ya Alloh, hamba punya sepupu anak paman yang cantik, dan hamba mencintainya. Ketika hamba memintanya untuk melayani hamba, dia menolak, dan baru bersedia jika hamba bisa memberinya 100 dinar. Lalu hamba bekerja keras sampai uang terkumpul. Ketika hamba memberikan uang itu kepadanya, dan hamba sudah diatas tubuhnya, sepupu hamba itu berkata: Wahai Hamba Alloh, takutlah kepada-Nya. Janganlah engkau lakukan perbuatan nista. Lalu hamba pun membatalkan niat hamba, dan meninggalkannya.”

Lagi-lagi kisah luar biasa yang hanya laki-laki yang yahud keimanannya dan mampu mengendalikan diri yang bisa melakukan Amdal seperti itu. Sekarang simak kisah Amdal unik tentang majikan super jujur, yang dilaporkan oleh laki-laki terakhir, ketiga:

“Ya Alloh, hamba punya pegawai. Sebelum sempat upahnya hamba berikan, pegawai itu keburu pergi. Upah itu kemudian hamba jadikan modal usaha sampai terwujud seekor sapi. Ketika kemudian pegawai itu datang untuk meminta upahnya, hamba serahkan sapinya. Pegawai itu marah karena menyangka hamba mempermainkannya. Hamba katakan, itu adalah upahmu yang dulu tidak sempat diambil dan diputar menjadi usaha dan sapi itu adalah hasilnya. Ambillah. Lalu pegawai itu membawa pergi sapinya”

Pasca melaporkan Amdal, mereka lalu berdo’a: Fain kunta ta’lamu annii fa’altu dzaalika ibtighooa wajhika ... ~ Maka jika Engkau tahu bahwa sesungguhnya hamba berbuat demikian itu untuk mencari Wajah-Mu ... bukalah mulut gua ini. Pertolongan Alloh yang tidak terduga, terjadi! Setelah setiap orang selesai berdoa, batu bergeser. Setelah bergeser 3 kali, sedikit demi sedikit, akhirnya gua menjadi terbuka, dan ketiganya bisa keluar.

Kisah Amdal 3 laki-laki ini bukanlah kisah sembarang kisah, karena kisah itu disampaikan oleh Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallaam, dan diriwayatkan di hadits Sohih Bukhori. Ooo, alangkah nikmat memiliki Amdal yang bisa dipakai untuk laporan, lalu berdo’a ...

Pernahkah seorang isteri mengalami masa ketika langit serasa pecah, bintang serasa berjatuhan, ringkasnya serasa kiamat dah, gara-gara tingkah suami yang sesungguhnya tidak maksiat tetapi sangat membencikan? Nyebelin! Tetapi isteri tadi tetap sabar, istiqomah ~ konsisten dengan ke WWW (Wildest Wanted Woman) annya? Tetap takdzim kepada suami?

Pernahkah seorang ayah mengalami masa ketika gunung serasa beterbangan, laut serasa dikeringkan, ringkasnya serasa kiamat juga dah, gara-gara di boikot anak-isteri atas perbuatan yang sesungguhnya menjadi fitrah laki-laki? Ngeselin! Tetapi ayah tadi tetap sabar, istiqomah ~ konsisten dengan ke MMM (Most Mature Man) annya? Tetap dewasa dan nasihat ngatur adil bil ma’ruf kepada keluarganya?

Pernahkah menyerahkan waktu, tenaga, pikiran dan harta habis-habisan demi agama Alloh? Pernahkah melaksanakan hijrah yang sangat berat? Hijrah (pindah jurusan) kuliah, hijrah (pindah) bekerja, hijrah (mengungsi) tempat tinggal, hijrah (say goodbye to:) pacaran demi kecintaan kepada Alloh? Itulah Amdal yang tidak setiap saat bisa -dan setiap orang mampu- melakukannya, sebagaimana amalan luar biasa yang dilakukan oleh 3 orang yang terperangkap di gua tadi.

Bulan-bulan ini majelis-majelis ta’lim dimana-mana sedang mengkaji Amdal berupa amalan ringan yang bisa dikerjakan setiap orang, tetapi dikerjakan secara konsisten dan persisten. Suatu ketika Nabi bertanya kepada Bilal, mempunyai amalan apakah gerangan Bilal sehingga Nabi mendengar suara sandal Bilal disorga, padahal Bilalnya sendiri masih hidup! Jawab Bilal, mengerjakan solat sunnat setiap setelah selesai wudlu. Jadi marilah memiliki Amdal dengan menjadi ahli solat (sunnat), dan atau ahli puasa (sunnat), dan atau ahli sodaqoh, dan atau ahli membaca Al-Quran, dan atau ahli dzikir, dsb.

Tapi, sssssttt...! Jangan sampai Amdal dicerita-ceritakan, loh. Bisa-bisa malah mendatangkan Adzab Alloh gara-gara riya, sebagaimana pemilik Amdal sodaqoh tetapi ternyata ingin disebut dermawan, pemilik Amdal berperang tetapi ternyata ingin disebut pahlawan, dan pemilik Amdal ilmunya banyak tetapi ternyata ingin disebut pintar. Kalau sudah begitu, Amdal bisa berubah menjadi Amtal (Amalan Batal)

Pernahkah dengar: “Dinda setia kepada Kanda, tapi kenapa loe tidak loyal ama gue?.” atau kalimat sebangsanya? Pernahkah dengar: “Aku sudah berbuat baik, tapi mannna balasannnmu?” atau kalimat sebangsanya?. Itulah kalimat yang melanggar ayat: Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa tubtilu shodaqootikum bil manni wal adza ~ hai orang-orang beriman, jangan kau batalkan shodaqohmu dengan mengundat-undat kebaikan dan menyakiti. Jadi beda Amdal dengan Amtal sangat tipis. Batasnya lisan yang mengajak undat-undat dan kereteg hate ~ bisikan hati yang mengajak riya. Na’uudzu billaahi min dzaalika...
So, carilah Amdal! Jika belum punya, segera buatlah Amdal! Lalu jagalah Amdal jangan sampai menjadi Amtal. Sebab punya apa diri ini untuk negosiasi dengan-Nya selain Amdal yang dengannya mencari Wajah-Nya, lalu berdo’a, sebagaimana yang dikisahkan Nabi-Nya? Fa-aina Tadzhabuun?


Anda suka?..Silahkan baca cerita selanjutnya!

Kejujuran Membawa Berkah
=====================
Di sebuah wilayah kerajaan nun jauh di sana. Hiduplah dua orang yang saling bersahabat sejak lama. Mereka adalah Abdullah dan Abdurrahman. Abdullah seorang petani yang telah terbiasa bekerja keras. Sedangkan Abdurrahman seorang pedagang yang rajin. Jika Abdullah sedang dalam kesulitan, Abdurrahman selalu membantunya. Begitupula sebaliknya, jika Abdurrahman sedang mendapat masalah, Abdullah pasti akan membantu. Kedua sahabat itu sangat rukun.

Abdullah mempunyai seorang anak perempuan bernama Siti. Anak perempuannya itu senang membantu pekerjaan sang ayah. Selain itu ia juga rajin dan taat beribadah. Sedangkan Abdurrahman memiliki anak laki-laki bernama Naufal, yang juga rajin membantu ayahnya berdagang. Sebagai sahabat karib, keduanya seringkali berkunjung satu sama lain dengan mengajak anak-anak mereka.


Pada suatu hari Abdullah berkunjung ke rumah Abdurrahman. Ia berniat ingin memperluas lahan pertaniannya. Disampaikanlah niat itu kepada sahabatnya
“Abdurrahman sahabatku.. Aku baru saja selesai panen dan Alhamdulillah aku mendapat keuntungan yang sangat besar dari hasil panenku. Sekarang aku berniat untuk menambah lagi lahan pertanianku. Apakah kau punya pandangan lahan yang dijual di daerah sekitar sini?”
Abdurrahman diam sejenak. Ia berpikir.. “Hmm.. Abdullah adalah sahabatku, ini adalah kesempatan untuk membantunya”
“Abdullah.. Bagaimana jika lahanku saja.. Kebetulan aku ada sedikit lahan peninggalan orang tua. Lagipula lahan itu tidak ada yang mengelola karena aku sibuk berdagang. Kau bisa membelinya dengan harga yang pantas”.
“Ohya? Alhamdulillah.. Kau baik sekali, sahabatku. Namun tentunya aku ingin melihatnya lebih dulu, kalau cocok barulah kita bicarakan soal harga”.

Kemudian mereka bersama-sama menuju ke tempat lahan Abdurrahman yang akan dijual.
“Abdullah.. Inilah lahan yang aku maksud”
“Wah! Lahan ini bagus sekali untuk pertanian. Apakah kau akan menjualnya semua?”.
“Aku akan jual semua untukmu, Abdullah”
“Baiklah, kalau begitu aku akan bayar sesuai dengan harga yang kau minta”

Abdullah pulang dengan hati gembira karena telah mendapatkan lahan pertanian yang baru. Sesampai di rumah ia pun bercerita kepada Siti, anak perempuannya, bahwa ia baru saja membeli lahan yang bagus dari sahabatnya.
“Anakku.. Ayo kita pergi ke kota untuk mencari bibit tanaman dan beberapa alat pertanian. Sebagian alat-alat pertanian kita sudah waktunya diganti yang baru”.
“Baik ayah.. Aku bersiap-siap dulu”

Keesokan harinya mulailah Abdullah dan Siti menggarap lahan yang baru itu. Mereka bekerja keras tak kenal lelah. Abdullah terus mencangkul tanah dari ujung batas lahan sebelah barat sampai ujung batas sebelah timur. Sementara Siti membantu mencabuti rumput dan menyiapkan makanan untuk ayahnya.

Pada saat Abdullah asyik mengayunkan cangkulnya, tiba-tiba TING!! Terdengar suara nyaring dari ujung cangkulnya. Ia coba sekali lagi mengayunkan cangkulnya, dan.. TING!!, kembali cangkulnya menatap sebuah benda keras.
“Hai! Siti! Coba kemari.. Ayah menemukan sesuatu!”
Siti datang menghampiri ayahnya.
“Ayah! Ayo kita lihat. Benda apa yang ada di bawah sana”
Mereka bersama-sama menggali tanah. Dan.. Betapa kaget mereka demi melihat apa yang mereka temukan.
“Hahh?! Bokor emas!!” teriak mereka serentak.
Mereka menemukan sebuah bokor emas sebesar buah kelapa dengan cahaya berkilauan.


Siti memungut benda itu dan membersihkannya dari tanah yang masih melekat.
“Waah… Indah sekali Ayah. Pasti harganya sangat mahal! Kita beruntung, Ayah!”
“Tidak! Tidak Anakku! Benda itu bukan milik kita. Kita tidak berhak memilikinya. Ayah hanya membeli lahan ini, bukan isinya. Ayah harus mengembalikan benda ini kepada pemiliknya, Abdurrahman sahabat Ayah”

Abdullah pun bergegas pergi ke rumah sahabatnya dengan membawa bokor emas yang baru saja ia temukan. Sesampai di rumah Abdurrahman..
“Abdurrahman sahabatku, aku temukan benda ini di dalam lahan yang aku beli darimu. Aku tidak berhak memilikinya. Karena aku membayarmu hanya untuk sebidang lahan dan bukan isinya”
“Maaf Abdullah, aku tidak bisa menerima ini. Karena aku menjual lahan itu, tentu saja beserta isinya, jadi itu jelas bukan milikku. Tetapi milikmu”.
“Aku juga tidak bisa menerima ini, Abdurrahman. Aku takut kepada Allah jika mengambil sesuatu yang bukan hakku..”
“Aku pun demikian, Abdullah. Celakalah diriku jika memiliki sesuatu yang bukan hakku”

Mereka bingung harus bagaimana. Sesaat mereka terdiam, lalu salah satu diantara mereka mengusulkan,
“Bagaimana kalau persoalan ini kita laporkan kepada pak Kyai? Agar beliau yang memutuskan semuanya. Dan… Apapun keputusan beliau kita harus menerimanya”
Keduanya sepakat dan sama-sama berangkat menuju rumah pak Kyai.

Sesampai di rumah pak Kyai kedua sahabat itu menyampaikan permasalahan mereka. Pak Kyai berpikir sejenak, lalu mengajukan pertanyaan kepada mereka.
“Abdurrahman... Apakah kau mempunyai seorang anak?”
“Iya pak Kyai. Saya punya seorang anak laki-laki”.
“Hmm… Baik. Apakah anakmu itu sudah cukup dewasa untuk menikah?
“Sudah pak Kyai. Anak saya berumur 26 tahun”.
“Bagus”

“Tuan Abdullah.. Apakah kau mempunyai seorang anak?”
“Iya pak Kyai. Siti adalah anak perempuan saya satu-satunya”
“Berapa usia anakmu?”
“Emm.. Bulan depan, 21 tahun pak Kyai”
“Baiklah… Abdurrahman dan Abdullah.. Tanyakan kepada anak kalian masing-masing, apakah mereka mau dijodohkan. Jika mereka mau, juallah bokor emas itu. Lalu uang hasil penjualannya kalian gunakan untuk membiayai pesta pernikahan anak-anak kalian. Bagaimana?”.

Abdurrahman dan Abdullah saling pandang dengan wajah berseri-seri. Lalu keduanya menganggukkan kepala. Keputusan pak Kyai telah membuat mereka bernafas lega.
“Alhamdulillah.. ini adalah keputusan yang sangat adil”
“Iya.. Kita telah mendapatkan jalan keluar atas permasalahan kita”
“Abdurrahman sahabatku.. Kita benar-benar akan menjadi saudara..!”
“Abdullah.. Kau akan menjadi mertua anakku! Hahaha…!
Kedua sahabat karib itu pulang dari rumah pak Kyai dengan perasaan suka cita. Namun tiba-tiba keduanya terdiam. Ada sesuatu yang mereka lupakan…
“Abdurrahman.. Kenapa kita terlalu bergembira..? Kau kan belum bertanya kepada anakmu, apakah dia mau menikah dengan anakku?”
“Benar Abdullah.. Jangan-jangan anakmu juga tidak mau menikah dengan anakku!”
Mereka kembali terdiam. Pikiran mereka berkecamuk. Mereka kuatir anak-anak mereka menolak dijodohkan. Kalau sampai itu terjadi berarti persoalan bokor emas itu akan muncul kembali. Akhirnya mereka sepakat untuk mengumpulkan anak-anak mereka dan menyampaikan maksud mereka sesuai dengan petunjuk dan nasehat pak Kyai.

Keesokan harinya Abdurrahman mengajak Naufal anaknya berkunjung ke rumah Abdullah. Sementara Abdullah dan Siti sudah menunggu kedatangan mereka. Dengan sangat hati-hati mereka menyampaikan maksud dan tujuan pertemuan mereka hari itu. Lalu diakhir kalimat mereka, mereka bertanya kepada anak-anaknya..
“Bagaimana anakku? Apakah kalian mau dijodohkan?”
Sejenak Naufal dan Siti saling memandang. Sementara ayah mereka menunggu jawaban dengan hati berdebar. Akhirnya dengan serempak Naufal dan Siti memberikan jawaban yang mengejutkan.
“Kami memang sudah lama saling mencintai. Tetapi kami takut untuk berterus terang kepada Ayah!”
Mengejutkan sekaligus melegakan hati Abdullah dan Abdurrahman. Mereka tidak menyadari bahwa kebiasaan mengajak anak-anak mereka saling berkunjung, rupanya telah menumbuhkan benih cinta diantara anak-anak mereka.

Pesta pernikahan Naufal dan Siti pun dilaksanakan dengan sangat meriah dengan biaya dari hasil penjualan bokor emas. Sebenarnya, bukanlah nilai bokor emas itu yang membuat mereka bahagia, akan tetapi kejujuran dan ketulusan merekalah yang menjadikan bokor emas itu membawa berkah untuk mereka dan kedua anaknya


Anda suka?..Silahkan baca cerita selanjutnya!

Impian dan Teladan Seorang Ayah
=====================
Rubrik KELUARGA kali ini, Redaksi sadurkan sebuah cerita yang luar biasa dari buku Chicken Soup for the Parent’s Soul . Sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang ayah ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Ayah ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang ayah, disiplin dan pantang menyerah. Semoga cerita ini menginspirasi bagi kita semua.

SETAHUKU, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemerincingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelum membawanya ke Bank untuk membayar premi polis asuransi pendidikan. Membawa keping-keping koin itu ke Bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan ayah di atas sepeda motor tuanya. Setiap kali kami pergi ke Bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. “Karena koin-koin ini kau kelak tidak perlu bekerja mengayuh becak seperti ayahmu ini. Nasibmu akan lebih baik daripada nasib ayahmu.” Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir Bank, Ayah selalu tersenyum bangga. “Ini uang kuliah anakku. Dia takkan bekerja mengayuh becak seumur hidup seperti aku.”



















Pulang dari Bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. “Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi.”

Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. “Kau akan bisa kuliah dengan koin dua ratus, lima ratus, dan seribu rupiah ini,” katanya. “Kau pasti bisa kuliah. Insya Allah.”

Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orang tuaku, aku masuk ke kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa diletakkan.
Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.

Setelah menikah, kuceritakan kepada Fatimah, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di kala ayah sakit sehingga tidak mampu mengayuh becak, dan Ibu terpaksa hanya menyajikan tempe goring dengan sambal bawang selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah diambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan mencolekkan sepotong tempe ke sambal, Ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. “Kalau kau sudah tamat kuliah,” katanya dengan mata berkilat-kilat, “Kau tak perlu makan hanya dengan sambal bawang dan tempe seperti ini kecuali jika kau memang mau.”

Liburan akhir tahun pertama setelah lahirnya putri kami Fitri, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandang cucu pertama mereka. Fitri menagis lirih. Kemudian Fatimah mengambilnya dari pelukan Ayah. “Mungkin popoknya basah,” kata Fatimah, lalu di bawanya Fitri ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.

Fatimah kembali ke ruang keluarga dengan mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Fitri ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. “Lihat,” katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah disingkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin.

Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu ke dalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Fitri dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan. Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata…. //**












Anda suka?..Silahkan baca cerita selanjutnya!

Danau Matano itu
Danau ini keren banget. Rugi kalau belum pernah ke sini.






Nafas Glenn Victor nampak terengah-engah begitu tangannya menyentuh garis finis. Perenang asal Jawa Barat ini baru saja menyelesaikan lomba renang Matano Lake Open Water Swimming 2006 Ahad (23/6) lalu. Jarak 7500 meter antara Nuha ke Pantai Ide ditempuhnya dalam waktu 1.37.33.05.
Tidak semua danau layak dijadikan ajang lomba renang perairan terbuka seperti ini. Namun, Danau Matano di Sorowako, Sulawesi Selatan diberi kepercayaan oleh PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) untuk menggelar event nasional ini. Airnya yang jernih dan bersih, ombaknya yang ramah tentu menjadi pertimbangan tersendiri.
Danau Matano (artinya matanya air dalam bahasa daerah) memang berbeda dibanding danau lain. Area danau yang mencapai 130 km persegi ini memang sangat menawan dan unik. Tidak mengherankan jika beberapa ilmuwan mengusulkan agar danau ini menjadi world heritage. Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, ekosistem danau ini tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak 1930 sampai sekarang.


Tidak itu saja, Danau Matano juga ternyata menyimpan berbagai jenis flora dan fauna endemik yang masih terjaga dengan baik. Secara awam, flora dan fauna endemik adalah mahluk hidup yang hanya ditemui di suatu tempat dan tidak bisa ditemukan di tempat yan lain.
Danau Matano adalah satu dari tiga serangkai danau di Sulawesi Selatan. Air yang mengalir dari Danau Matano ke Danau Mahalona kemudian ke Danau Towuti dan selanjutnya mengalir ke sungai Larona. Sungai inilah yang menjadi penggerak dua PLTA milik PT Inco Tbk, yaitu PLTA Larona dan PLTA Balambano. Bahkan tidak lama lagi Inco juga akan membangun PLTA yang ketiga yang sumber energinya berasal dari Danau Matano, yaitu PLTA Karebbe. Danau Matano benar-benar vital bagi Inco dan masyarakat sekitar Sorowako.

�Kami selalu mendukung penuh upaya-upaya konservasi yang dilakukan untuk melestarikan ketiga danau itu� ujar Arif Soeleman Siregar, Presiden dan CEO PT Inco Tbk. pada suatu kesempatan.
Tekad Arif untuk melestarikan danau-danau itu tentu saja semakin besar manakala diketahui bahwa Danau Matano memiliki sejumlah keunikan lain antara lain merupakan danau terdalam di Indonesia atau terdalam ke delapan di dunia. Posisi dasar danau pun sangat khas karena letaknya lebih rendah daripada permukaan laut. Kecerahan air danau Matano adalah 23 meter, sebuah angka yang mengejutkan manaklan banyak danau lain hanya beberapa meter atau bahkan beberapa sentimeter saja. Artinya, kita masih bisa melihat sebuah benda yang berada di kedalaman 23 meter di Danau Matano. Jernih sekali, bukan?
Tidak hanya danau yang menjadi perhatian Inco. Ekosistem darat pun tidak luput dari perhatian perusahaan yang sudah 38 tahun bekerja di Sorowako ini. Setiap tahun Inco merehabilitasi lahan pascatambang seluas 700 hektar. Area seluas itu tentu membutuhkan aneka jenis tanaman endemik. Tanaman-tanaman inilah yang disemai di sebuah fasilitas nursery baru berbiaya Rp.3.5 milyar. Tanaman endemik yang dikembangkan ada 40 jenis, diantaranya adalah betao (Calophylum soulatri), kumea (Colophylum sp.), gaharu (Aqualaria malacencis), meranti (Shorea sp.), natoh (Palaqium sp.), damar (Agathis sp.), dan manggis hutan (Garcinia sp.). Tanaman-tanaman endemik ini akan dikembangkan kembali setelah tanaman pioner ditumbuhkan untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan tanah. Jenis tanaman pionir yang banyak disiapkan antara lain adalah sengon (Paraserianthes falcataria), johar (Cassia siamea), kayu angin (Casuarina equisetifolia), eukaliptus (Eukaliptus urograndis), dan sengon buto (Enterolobium chyclocarpum).
Jika ekosistem darat dapat terjaga dengan baik, besar kemungkinan Danau Matano pun akan tetap menyimpan air untuk menggerakkan tiga PLTA di Sulawesi Selatan. Dan pada tahun-tahun mendatang kita masih bisa menyemangati Glenn Victor untuk bertanding menyeberangi danau indah ini.


Anda suka?..Silahkan baca cerita selanjutnya!

Renungan buat teman-teman


Dari referensi-referensi hadits dan etika bertamu dari Rasululloh SAW yg aku dapatkan, aku tuliskan beberapa diantaranya:
UNTUK TAMU:
- Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya kecuali ada udzur/halangan, karena hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam mengatakan:“Barangsiapa yang diundang kepada walimah atau yang serupa, hendaklah ia memenuhinya”. (HR. Muslim)
- Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya. Ini berarti Islam secara NYATA mengajarkan bahwa tidak ada perbedaan manusia, kecuali dalam hal takwa.
- Apabila kita sedang berpuasa sekalipun, diharapkan hadir. Ada hadits yang bersumber dari Jabir Radhiallaahu anhu menyebutkan bahwasanya Rasululloh SAW bersabda:”Barangsiapa yang diundang untuk jamuan sedangkan ia berpuasa, maka hendaklah ia menghadirinya. Jika ia suka makanlah dan jika tidak, tidaklah mengapa.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani).
- Jangan terlalu lama menunggu di saat bertamu karena ini memberatkan yang punya rumah juga jangan tergesa-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya siap. Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu.
- Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi pada tuan rumah.
- Hendaknya mendo`akan untuk orang yang mengundangnya seusai menyantap hidangannya. Dan di antara do`a yang ma’tsur adalah :“Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu. dan orang-orang yang baik telah memakan makananmu dan para malaikan telah bershalawat untukmu”. (HR. Abu Daud, dishahihkan Al-Albani).
“Ya Allah, ampunilah mereka, belas kasihilah mereka, berkahilah bagi mereka apa yang telah Engkau karunia-kan kepada mereka. Ya Allah, berilah makan orang yang telah memberi kami makan, dan berilah minum orang yang memberi kami minum”.
- Tidak Mengintai Ke Dalam Bilik. Jika kita hendak bertamu dan telah sampai di halaman rumah, tidak diizinkan mengintip melalui jendela atau bilik, walaupun tujuannya ingin mengetahui penghuninya ada atau tidak. Tindakan ini sangat dilarang dan mempunyai ancaman yang sangat keras. Hadits di bawah ini menjelaskan hal tersebut:
Dari Abu Hurairoh ia berkata, Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wa sallam (nama lain Rasululloh SAW) bersabda,”Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, lalu engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.”
Dari Anas bin Malik,“Sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi, lalu Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu.”
Hadits ini menunjukkan ancaman yang keras untuk orang yang mengintip dan melihat orang yang berada di rumahnya tanpa memperoleh izin sebelumnya.
- Tidak Masuk Rumah Walaupun Terbuka Pintunya. Dari ayat 27 An Nuur, sebagaimana telah ditulis di atas, kita baru boleh masuk rumah orang lain harus mendapatkan izin dari pemilik rumah.
- Minta Izin Maksimal Tiga Kali. Tamu yang hendak masuk di (halaman) rumah orang lain jika telah meminta izin tiga kali, tidak ada yang menjawab atau tidak diizinkan, hendaknya pergi. Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata,“Abu Musa telah meminta izin tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya, tetapi tidak ada yang menjawab, lalu dia pergi, maka sahabat Umar menemuinya dan bertanya,”Mengapa kamu kembali?” Dia menjawab,”Saya mendengar Rasululloh bersabda,”Barangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak diizinkan, maka hendaklah kembali.”
- Tidak Menghadap Ke Arah Pintu Masuk. Ketika tamu tiba di depan rumah, hendaknya tidak menghadap ke arah pintu. Tetapi hendaknya dia berdiri di sebelah pintu, baik di kanan maupun di sebelah kiri. Hal ini dicontohkan Rasululloh SAW.Dari Abdulloh bin Bisyer ia berkata,“Adalah Rasululloh SAW apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya ke depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan”Assalamu ‘alaikum … assalamu ‘alaikum …”
- Hendaknya Menyebut Nama Yang Jelas. Ketika tuan rumah menanyakan nama, tamu tidak boleh menjawab dengan jawaban “Saya (sebutkan nama)” atau jawaban yang tidak jelas. Karena tujuan tuan rumah bertanya adalah ingin tahu siapa tamu yang mengunjunginya dan untuk menentukan sikap apakah tamu tersebut boleh masuk atau tidak.
TUAN RUMAH:
- Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan/melupakan orang-orang fakir. Rasululloh SAW bersabda:“Seburuk-buruk makanan adalah makanan pengantinan (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang kaya tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq’ alaih).
- Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi niat untuk mengikuti sunnah Rasululloh SAW dan membahagiakan teman-teman sahabat, ataupun syukuran dalam rangka bersyukur atas nikmat yang telah diberikan ALLOH SWT.
- Tidak memaksa-maksakan diri untuk mengundang tamu. Di dalam hadits Anas Radhiallaahu anhu ia menuturkan:“Pada suatu ketika kami ada di sisi Umar, maka ia berkata: “Kami dilarang memaksa diri” (membuat diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari)
- Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan.
- Jangan menampakkan kejemuan/kebosanan terhadap tamu, tetapi tunjukkanlah kegembiraan dengan kahadiran tamu tersebut, diantaranya dengan cara bermuka manis dan berbicara ramah.
- Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti menghormatinya. ***jadi ingat pengalamanku, bertamu ke rumah seorang teman. Kami (ber-5) bertamu hingga 5jam untuk menjenguknya, namun tuan rumah tega membiarkan kami kelaparan, xixixi…sebenarnya bukan masalah makanannya, namun jika melihat adab ini, sudah ’sewajarnya’ jika tuan rumah memberi suguhan.***
- Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hidangan) sebelum tamu selesai menikmati jamuan. ***ini juga terkait dg poin di atas. Jika buru-buru membereskan hidangan, kesannya mengusir tamu…hehehe…***
- Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.


Anda suka?..Silahkan baca cerita selanjutnya!

Pernah kan anda berpikir bahwa pekerjaan anda sudah begitu menumpuk? Padahal anda sudah menggunakan komputer yang canggih untuk membantu anda melakukan pekerjaan anda. Dan beberapa diantaranya merupakan pekerjaan rutin yang harus anda kerjakan setiap hari.

Pernah kan anda berpikir bahwa beberapa pekerjaan anda yang sifatnya rutin bisa kita serahkan kepada komputer untuk mengerjakan sendiri? Kita set waktunya kapan? setiap berapa menit, jam atau hari sekali. Tidak seperti halnya kita manusia, dia tidak akan pernah lupa untuk mengerjakana PR nya.

Jika anda tertarik untuk mengetahuinya, terus pantau blog ini. Saya akan membuat pekerjaan anda lebih mudah dengan otomatisasi dan penjadwalan pekerjaan anda.


Anda suka?..Silahkan baca cerita selanjutnya!